Ruang dimana kita hidup tidak hanya terdiri dari hal-hal fisik, dinding, batu bata dan adukan semen, jalan dan jembatan, gunung dan laut-pantai, dan dari apa yang kita buat dari hal-hal tsb. Ruang juga termasuk ruang sosial yaitu ruang dimana kita membangun interaksi dengan orang lain. Hubungan sosial dalam keluarga dimulai dari kamar tidur, dapur, kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu dan interaksi dengan orang luar di halaman belakang atau depan. Interaksi dengan tetangga, seperti ngrumpi dll. Serta interaksi lebih luas di ruang publik, dijalan yang berisik dan macet, di stasiun dan terminal yang semrawut, di pertokoan dan Mall2 serta taman-taman kota dll. Ruang-ruang lokal tersebut secara aktif terhubung ke jaringan yang lebih luas dari hubungan sosial yang membentuk lingkungan tempat tinggal, hingga kota. Ruang sosial bukan merupakan arena kosong di mana kita melakukan hidup kita, melainkan adalah sesuatu yang dibangun. Ini adalah kompleksitas yang luar biasa dari interaksi sosial dan makna yang kita terus bangun, runtuhkan dan negosiasikan, dan selalu bergerak, selalu berubah, selalu terbuka untuk revisi dan berpotensi rapuh. Kita selalu mendesain, dengan kata lain, bukan hanya ruang, sebuah geografi bagi kehidupan, tapi ruang-waktu bagi kehidupan kita.